Archive for the ‘IPB MENGAJAR’ Category

Jejak Inspiratif

Posted: Agustus 8, 2012 in IPB MENGAJAR, Uncategorized

Ini adalah tulisanku sewaktu tinggal di Kampung Pos, tulisan yang rutin aku buat tiap malam seusai beraktivitas. Bahkan tulisan ini belum rampung aku edit. Namun, rasa sayang menyeruak jika tulisan ini hanya menjadi dokumen di laptop, tanpa aku terbitkan…….

Teacher’s Diary

1 st Day                                                            Akhirnya Datang Juga

Akhirnya datang juga, mu ngkin itu ungkapan yang tepat untuk menggambarkan situasi hari ini. Guys hari ini kami akan berkunjung ke desaaaa,

yeaaaah yeaaah

Baju yang kami pakai hari ini pun sergam batik motif mega mendung, walaupun hanya batik pinjaman kami cukup senang bisa terlihat seragam hari ini. Mungkin jika semua pengajar inspiratif adalah perempuan kami akan tampak seperti cherrybells hahahaha.

Hari ini kami berangkat pukul 7.30 menuju desa, padahal agenda awal seharusnya kami berangkat pukul 7.00. tapi ya sudahlah namanya juga manusia pasti banyak kekurangan. Seperti kata bunda dorce kekurangan itu datangnya dari saya dan kelebihan itu hanya milik Allah. Hahahaha

Agenda pertama di desa adalah pelepasan yang dihadiri oleh pihak sekolah, dan perangkat desa terkait. Tidak banyak yang datang, seingat saya kurang lebih ada 10 orang yang datang.

Acara berjalan lancar, kemudian kami di ajak berkeliling desa. Di luar dugaan saya, ternyata desa pos cukup luas, banyak sekali pabrik tahu yang terlihat, padahal seingat saya saat survei bersama deden beberapa waktu yang lalu saya hanya melihat 1 pabrik tahu.

Yang menemani kami saat itu adalah pak RT, ibu Rw, dan ibu “syahrini” istri dari pak ndang, beberapa warga terlihat ramah menyambut kami, namun saya measih merasa asing dengan lingkungan sekitar, semua jalan terlihat sama saja, namun terdapat 1 hal yang tidak dapat saya pungkiri, gunung yang dimiliki desa ini sangat indah, siapa sangka perkampungan kecil memiliki pemandangan yang indah seperti ini, pikir saya ketika itu.

Setelah mengelililngi desa kami kembali lagi ke sekolah. Kemudian kak fajar, dan deden mengantar saya dan tika menuju homestay yang akan kami tempati selama 2 minggu.

Rumahnya terlihat asri, ditambah dengan cat warna hijau, dan pohon-pohon yang mengelilingi, sungguh nyaman tampaknya, pikir saya saat itu.

Di teras sudah ada wanita paruh baya yang sedang memperbaiki kompor gas, kemudia saya masuk, dan mulai berkenalan dengan si empu-nya rumah.

“Punten ibu, maaf mengganggu” kata saya saat itu, dibalik tirai kemudia  uncul gadis berparas manis yang menghampiri kami,

“maaf rumahnya kecil, ayo silahkan masuk” sambutnya ramah

Setelah memakan waktu beberapa menit akhirnya saya tau bahwa,ruamah yang saya tempati bersama tika adalah rumah orang tua dari RW di kampung pos. Beliau tinggal berdua, orang-orang biasa memamnggil beliau emak, dan aki, karena emak dan aki sudah tua maka emak dan aki ditemani oleh eneng, yang juga merupakan anak gadis dari bu RW.

Saya merasa disambut dengan tangan terbuka, seperti tinggal di rumah embah saya di kampung suasananya, heheh

Begitu ramah, nyaman, dan tenang..

Siang harinya emak dan aki rujakan di saung, saat itu saya tidak ikut karena ketiduran, saya hanya mendengar ceritanya dari tika,sedikit menyesal tidak bisa ikut bergabung,,,, L

Tapi semoga saya tidak kehilangan momen2 penting di hari selanjutnya, amiiien

Finally, saya rasa, saya tidak tau apa yang akan terjadi keesokan harinya,  tapi saya hanya menyambut dengan positif….

J

 

2nd Day Senin 16 Juli 2012                                           

Ini hari pertama kami mengajar, wah saya dag dig dug tegang, bukan apa-apa, tapi saya takut berbuat kesalahan nantinya.

Sesuai rapat kemarin, hari ini kami hanya akan perkenalan masuk ke kelas karena hari ini ada renovasi sekolah jadi kami hanya masuk ke kelas sebentar, dan sisanya kami akan rapat dengan guru, ya, begitu kurang lebih hasil rapat pengajar kemarin sore.

Di jam saya sudah menunjukkan pukul 7.35 tapi apel pagi belum di mulai, tiba-tiba terdengar bunyi mic di halaman sekolah, tampaknya apel akan dimulai. Para pengajar inspiratif mulai berbaris di deretan teras. Protokol atau MC saat apel mulai membuka apael pagi ini, beliau juga memberi tau bahwa selam 2 minggu akan ada masiswa yang akan menemani murid SDN leuwengkolot 7 belajar..

Dulu saat SD saya selalu mengganggap mahasiswa orang yang keren karena ada kata maha di depan kata siswa, kemudian saya berpikir, apakah murid SD leuweng kolot 7 berpikiran yang sama yaaa..

Tapi apapun itu bukankah sudah sepantasnya saya ah atau lebih tepatnya kami para pengajar inspiratif memang harus memberi contoh yang baik, apalagi ada kata-kata inpiratif di belakang sebutan kami. Inspirasif menurut saya berarti harus dapat memberi inspirasi, inspirasi apakah yang akan saya torehkan nantinya, mungkin hanya saya yang tau, tapi pastinya saya ingin memberi inspirasi yang baik untuk orang-orang di sekeliling saya…

Kembali ke story line

Kemai kemudian memperkenalkan diri, secara bergantian dalam apel pagi ini, perkenalan singkat, saya hanya menyebutkan nama dan kelas yang akan saya pegang.

Seusai perkenalan kami masuk ke kelas, saya cukup gugup dan kiik sendiri saat say tau bu nila, pengajar kelas 2 saat itu menyerahkan kelas pada kami langsung (tika dan prisca red), kami belum siap apa-apa, bagaimana jika kami nantinya salah ngomong di depan anak SD kan jadi gag lucu…

Dengan bermodalkan kepedeaaan tingkat dewa, niat kuat dan tekat yang membabi buta, kami mulai berbicara dalam kelas. Saya serahkan tugas pertama pada tika, dan saya mengambil kapur  di ruang guru. Perkenalan awal berjalan dengan lancar, saya mulai mengamati anak-anak sekeliling saya. Ada satu anak yang menarik perhatian saya namanya rehan. Rehan hari ini tidak memakai sepatu, umurnya juga tampak lebih tua dibanding teman-teman seklasnya, tapi rehan tampak aktif, dan bersemangat jadi saya rasa hal tersebut tidak terlalu mengganggu. Tapi sepulang sekolah saya ingin bertanya ke bu nila, guru yang memegang kelas 2, pikir saya saat itu.

Kami mulai memperkenalkan tentang pohon apresiasi. Jadi bagi siswa yang aktif dan bersemangat tiap harinya akan diberi bintang yang dapatr di tempel di pohon apresiasi.

Hari ini kami juga memilih Presiden, Wakil Presiden, berserta kabinet yang lain. Anak kelas 2 SDN Leuweng Kolot 7 sangat aktif, hampir semua anak mengacungkan tangan saat saya tanya. Semoga hal tersebut juga terjadi saat pelajaran.

Berdasarkan pemilihan umum yang dilakukan dengan cara voting nandi terpilih sebagai presiden. Selain nandi juga ada reza, wismar, dan rehan yang duduk di kabinet.

 

Selasa 17 Juli 2012

Kringggg Kringggg,, sudah pukul 5 pagi, waktunya bangun, mandi, dan sholat. Saya bergegas bangun dari tempat tidur, dan seraya ke kamar mandi. Air di kamar mandi terasa menusuk tulang rusuk saya, dingin sekali, tapi menyegarkan. Hari ini adalah hari kedua bertemu dengan anak-anak. Tapi hari ini kami tidak akan belajar, kami akan bermain di lapangan dekat gunung, yang lataknya tidak jauh dari sekolah, pukul 7 kami breangkat ke sekolah. Di sekolah tampak banyak nak-anak SDN Leuweung kolaot 7 yang sudah siap memakai pakaian olahraga, belum banyak anak-anak yang datang, sehingga beberapa pengajar mencoba mempersiapkan peralatan untuk lomba di sela-sela menunggu kedatangan anak-anak.

Pukul 8 pagi anak-anak sudah banyak berkumpul. Saya mengambil komando untuk membariskan anak-anak dengan dibantu beberapa pengajar lain. Setelah barisan cukup rapi kami memulai untuk senam pagi. Senam pagi dipimpin oleh david (Pak david), anak-anak tampak antusias mengikuti, walaupun sebagian dari mereka beberapa tidak dapat mengikuti gerakan dengan benar, anak-anak tampak tetap bersemangat.

Murid kelas 2 tidak semuanya datang, nandi, presiden kelas 2 sakit. Rehan, murid yang kemrin memakai sandal pun tidak datang, menurut Reza, rehan bermain burung merpati. Rehan memang tampak spesial dibanding anak-anak yang lain. Tapi saya tidak ingin memandang dia berbeda, karena menurut saya setiap anak itu menyenangkan.

Letak lapangan di gunung tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu kurang dari 5 menit kami telah sampai. Sesampai di gunung, murid kelas 1 dan 2, tampak kelelahan sehingga kami makan terlebih dahulu sebelum memuli permainan. Konsep permainan hari ini lebih santai karena sebagian kelas 1 tidak memakai baju olahraga, jadi kami tidak berani untukmain kotor-kotoran.

Games pertama kelas 1 dan 2 adalah games perkenalan. Media yang kami gunakan adalah bola, yang memimpin saya dan sani, sementara lia dan tika mempersiapkan untuk games selanjutnya.

Di tengah-tengah permainan saya mendengar celotehan salah seorang wali murid yang berkata, ini anak Sd kok mainannya sama kayak TK. Mood saya langsung berubah setelah mendengarnya, saya sedih namun tidak tau harus berbuat apa. Tapi di depan anak-anak saya harus tetap tersenyum. Yeaaa, Keep Spirit.

Permainan tidak begitu berjalan lancar, karena banyaka dari murid kami (kelas 1 dan kelas 2) yang berkeliaran dan tidak mau di atur, sebagian malah bermain bola, duduk bersama orang tuanya, an sebgian lagi masih berada di track pemainan. Di tengah situasi tersebut saya malah melihat rehan. Rehan datang dengan baju bebas, tampaknya di telah selesai bemain dengan merpati miliknya. Saya kemudian bertanya, “Rehan dari mana?”, sayangnya rehan tidak menjawab, dia lebih memilih tersenyum, dan berlalri menghindari saya.

Permainan tetap kami lakukan, walaupun tidak diikuti semua anak. Kurang lebih pukul 11 kami trelah selesai bermain, sebagian anak telah pulang, namun tiba-tiba, anak seorang ibu paruh baya yang menghampiri saya, “Bu, didi gak ada ilang”, nah lo, kok bisa, pikir saya dalam hati, preasaan tadi saya masih melihat Didi, murid kelas 1 yang tadi pagi tasnya di bawakan oleh Lia. Kami mulai panik, apalagi setelah mendengar cerita dari Lia, didi termasuk anak yang spesial. Saat kecil didi pernah terkena step, sehingga dia bisa pingsan di tengah jalan, dan saat pingsan biasanya dia tidak ingat apa, apa. Rasanya saya mau pingsan saja, ternyata mengajar kelas 1 dan 2 tidaklah gampang, Awalnya saya sedikit iri dengan kelas-kelas atas (4, 5, 6). Kelas tersebut tampak tertib dalam mengikuti permainan.

Kami berpencar mencari didi, pak tomi, guru di SDN Leuwung Kolot 7 juga ikut membantu, kakak didi yang juga kelas 5 di SD tersebut juga kami kerahkan untuk ikut mencari. Menit tiap menit berlalu, namun didi belum juga ditemukan. Tiba-tiba david datang, dan berkata,”kak, didi udah ketemu di dekat rumahnya” alhamdulilah, itu kata pertama yang yang terucap dalam hati saya. Lega rasanya didi telah ditemukan. Bisa dibayangkan, kan gag lucu, baru 2 hari mengajar tapi kami sudah menghilangkan anak orang.

Ternyata setelah berbincang dengan pak tomi. Murid kelas 1 dan 2 memang tidak pernah diajak ke lapangan, karena sangat rentan hilang. Apalagi karakter murid kelas 1 dan 2 itu sedikit bebas, dan suka berkeriaran, jadi sangat rentan hilang.

Pelajaran hari ini: Jangan lengah dalam menjaga anak-anak, Apalagi  jika anak yang dibimbing itu hiperaktif.

Untuk besok, kami mengagendakan untuk menanam tanaman bayam, dan kami memindahkan tempat bermain menjadi di lapangan dekat lapangan tenis. Semoga besok bisa lebih baik amiiin…

 

 

Rabu 18 Juli 2012 IPB Mengajar VS UTS

OMG, hari ini saya uts, saya harus meninggalkan kampung pos sejenak. Sebenarnya persiapan saya untuk UTS belum maksimal, tapi bismilah, insyaallah pasti bisa. Berbeda dengan pengajar lain yang fokus hanya mengikuti program IPB mengajar (IM), saya malah mengambil Semester Pendek (SP) di saat yang sama, awalnya saya pikir saya tidak lolos menjadi 12 besar pengajar inspiratif, shinggasaat pendaftaran SP dimulai,saya ikut mendaftar.  Awalnya saya sempat bingung harus memilih anatar IM dan SP, bahkan saya sempat berfikir akan resign dari IM, namun berkat kebaikan menajemen IM saya diberi kelonggaran untuk tetap mengikuti IM dan mengikuti SP. Alhamdulillah ya (ala syahrini)

Hari ini saya ijin dari pagi sampai sore, karena setelah UTS saya masih memiliki jadwal praktikum di siang harinya.

Saya sebenrnya tidak tega membiarkan patner saya tika, sendirian, tapi untungnya sani dan lia bersedia membantu kami. Entah apa yang terjadi di desa, tapi menurut cerita lia, hari ini seperti nano-nao, smeuanya ada, dari senang, nangis, teriak, ketawa, pokoknya lengkap. Mungkin untuk lebih jelasnya bisa yanya ke lia, suni atau tikaaaa… J

 

Kamis 19 Juli 2012                                                  Hari ini ngapain ya?

Murid SDN leuweng Kolot 7 sudah mulai libur hari ini., sedikt bingung mau menerjakan apa saat free time. Saya dan tika pun memutuskan ke sekolah, di sekolah hanya beberapa pengajar yang stand by, kami hanya mengobrol sebentar, dan kembali ke rumah,,,

Kata tika hari ini asri dan galuh jalan-jalan ke gunung, mereka ijemput oleh murid mereka. Wah kalau saja anak kelas 2 sudah besar-besar mungkin saya bisa juga ya mengajak mereka jalan-jalan. Sayangnya karena kejadian hari slasa yang lalu, membuat saya takut untuk mengajak anak kelas 2 jalan-jalan terlalu jauh.

Di rumah kami berempat, saya, astri, galuh, dan tika mempersiapkan hiasan untuk penyuluhan besok,, seraya mengobrol tentang pengalamn yang kami dapatkan masing-masing, no thing spesial

Sorenya saya, kiki, dan tika berjalan-jalan keliling kampung, ternyata kami menemukan jalan pintas jika menuju jalan,kami melsnjutksn obroln kami di waruang kopi dekat jalan raya, semangkuk mie+ telur terasa menghangatkan perut saya, waww mantaaaap!!!

 

Jumat 20 Juli 2012                                                        Penyuluhan Pendidikan

Penyuluhan, apa se pendapat pembaca sekalian tentang penyuluhan. Apa menurut pembaca warga akan tertarik dengan penyuluhan. Well, hari ini akan diadakan penyuluhan pendidikan di SDN Leuweungkolot 7, pukul 8 kami berkumpul di sekolah, mempersiapkan segalanya. Pukul 9 wali murid mulai berdatangan, tapi kami masih belum siap, masih menunggu pihak IM yang datang membawakan LCD, pukul 9 lewat 5 manegement datang, di luar wali murid makin banyak yang menunggu,

Namun tepat pukul 9.30 penyuluhan di mulai. Hari ini yang bertindak sebagai MC ada say dan deden. Hari ini kami kedatangan pak suharta selaku tokoh masyrakat di desa. Dan kak pardi motivator untuk penyuluhan. Mungkin kata-kata poenyuluhan terasa kurang pas bagi saya, saya merasa acara hari ini lebih cocok disebut sharing time.

Saat pembukaan, pak suharta, mengatakan bahwa, kedatangan kami, mahasiswa IPB harus dimanfaatkan sebanyak mungkin oleh warga. Beliau berkata bahwa warga bisa bertanya tentang pemanfaatan sampah pada kami. Jujur saya merasa sedikit terbebani dengan oernyataan pak suharta, bukan apa-apa, tapi tampaknya apa yang kami (pengajar inspiratif) lakukan belum apa-apa, memang bukan hal yang mudah untuk memperbaiki sesuatu hal dalam waktu yang singkat (2 minggu red). Tapi jika tidak melakukan apa-apa justru itu yang lebih salah.

Seusai pak Suharta memberikan kata sambutan, kami beralih ke acara inti yang dibawakan oleh kak pardi. Saat awal penyampaian kak pardi memutarkan film motivasi untuk ditonton, beberpa ibu-ibu meneteskan air mata. Film tersebut menceritakan kisah seorang yang cacat namun tetap bisa lulus dari universitas, menjuarai olimpiade, dan tetap memiliki rasa percaya diri. Hal tersebut tidak didapatkan si anak dengan sendirinya, di balik keberhasilannya ada sosok orang tua yang semangat mendukung si anak agar tetap semangat seperti anak normal lainnya.

Kemudian kak pardi beralih menceritakan kisah hidupnya, berasal dari keluargaa yatim kak pardi hidup dengan ibu dan 2 saudaranya di Jakarta. Ibu kak pardi adalah seorng pembantu rumah tangga. Namun jangankan malu, kak pardi justru semangath untuk emutus rantai kemiskinan di keluarganya dengan bersekolah. Lebih baik tidak punya barang yang mahal dibanding tidak sekolah, begitu kata kak pardi.

Sebagian ibu-ibu tampak terlarut dengan cerita kak Pardi.

Kemudian kak pardi beralih pada materi yang akan dibawakan. Peran orang tua dalam pendidikan di era globalisasi, begitu judul materi hari ini. Singkatnya  materi yang dibawakan membicarakan tentang pentingnya peran orang tua dalam medidik anak. Anak saat kecil bagaikan kertas putih yang suci, gambar atau tulisan yang akan terlukis diatasnya ditentukan oleh lingkungan primer anak saat kecil, salah satunya ditentukan oleh orang tua. Orang tua sudah selayaknya mendukung pendidikan anak, hambatan seperti kemiskinan bukan menjadi halangan untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi. Kak paradi menjadi salah satu buktinya, dari seorang pembantu rumah tangga, kak pardi bisa tumbuh dengan pendidikan yang layak. Berbagai beasiswa telah kak Pardi dapatkan sejak SD, asalkan ada keingin yang kuat, hambatan bukan menjadi ahlangan, begitu kata kak Pardi.

Penyuluhan hari ini berjalan dengan lancar, kami cukup senang melihat antusias ibu-ibu di SDN Leuweung Kolot 7. Acara dilanjutkan dengan evaluasi oleh menajement IM, banyak hal yang kami bicarakan, mulai dari pengalaman di homestay hingga pengalaman saat mengajar.

 

 

 

Sabtu 21 Juli 2012                                                          Mari ngebolang

Aduh, hari ini agendanya tidak terlalu padat, jadi bingung mau mengerjakan apa. Setelah melewati pemikiran yang cukup panjang dan luas, sepanjang jalan kenanga dan seluas samudra pasifik *lebay

Akhirnya saya putuskan untuk beres-beres rumah *gubraaak

Sahur pagi ini kami lakukan pukul 03.30 pagi, dengan makanan opor ayam, wah sangat menggugah nafsu makan saya pagi ini, saya makan dengan lahap sampai-sampai perut saya akan meledak hehe.

Film korea di laptop saya terasa memanggil-manggil, ingin ditonton, akhirnya saya putuskan menonton sampai pagi. Pagi ini saya tidak membantu emak dan aki, karena piring kotor sudah lenyap dari dapur, daun-daun kering di halaman pun sudah dibakar oleh emak, hmmmm,saya sedikit bingung, kapan emak bersih-bersih rumah ya, padahal dari tadi saya menunggu untuk membantu emak. Tapi besok saya tidak boleh kelewat lagi, piring yang kotor, halaman yang di penuhi daun kering harus saya yang membersihkan, yeaa, i promise.

Pandangan saya beralih ke baju kotor, walaupun tidak begitu banyak tapi mencuci baju mungkin bisa jadi alternatif yang menarik. Kaki saya beralih menuju warung, “permisi bu’” sahut saya saat itu,

agak sedikit kaget saat yang keluar ternyata Ibunya Zahra, murid kelas 2 yang saya ajar. Percakapan kemudian beralih dari aktivitas jual beli menjadi perbincangan mengenai Zahra. Zahra tenyta murid pindahan di SDN Leuweng Kolot 7.Berbeda dengn orang tua lain yang memasukkan anaknya di SD favorit, ibu zahra justru memindahkan anaknya di SD yang boleh dibilang biasa-biasa saja. Hal ini bukan tanpa sebab, ibu zahra ingin SDN Leuweng Kolot 7 dapat lebih maju oleh karena itu ibu zahra memindahkan anaknya agar murid SDN Leuweung kolot 7 bisa bertambah banyak, dan ternyata saya baru tau bahwa zahra menjadi lebih semangat berangkat sekolah sejak ada pengajar inspiratif yang berkunjung ke desanya. Saya berharap semoga semangat Zahra tidak berhenti sampai 2 minggu kedatangan kami, tapi bisa terus bertahan atau malah semakin semangat di kemudian hari… Amien ya Rab

Jujur hari ini sebarnya tidak ada agenda yang kami lakukan. Untungnya Astri datang berkunjung ke rumah, dan kami bbertiga (saya, tika, astri) memutuskan untuk berjalan-jalan keliling kampung. Setapak-demi setapak jalan yang kami lalui tidak terasa kami menemukan jalan raya. Bak hujan di gunung sahar, kami merasa sangat senang. Terik matahari yang merasuk ke tubuh kami tisak terasa sedikit pun, ternyata jalan yang kami temukan berjarak cukup jauh dengan gapura di depan kampung pos saat pertama kali kami datang. Setelah berjalan-jalan kami menghampiri perpustakaan sekolah SDN Leueung Kolot 7. Tak banyak orang di sana, hany ada David dan Kak Bagas, kami pun kembali pulang.

Sore harinyasaya dan tika mempersiapkan materi untuk sekolah terbuka. Rencanany kami akan melukis menggunakan pelepah pisang, karena ini hal yang baru, kami pun mencobanya terlebih dahulu. Tidak terlalu buruk untuk hasil prakarya kelas 2. Kami optimis anak-anak akan suka. Doakan ya.

Seusai magrib pengajar inspiratif memutuskan untuk menjenguk butet, anak pak Sitorus yang kan dioperasi di RS Leuwiliang. Sayangnya 2 orang personel absen (emang gils band). Astri dan galuh tidak bisa ikut, tapi tidak masalah, semoga tidak mengurangi esensi kunjungan kami, Berkunjung tanpa buah tangan, bagai sayur tanpa garam, akhirnya kami membeli buah terlebih dahulu, sekilo apel rasanya cukup untuk menemani kunjungan kami.

Di angkot, suasana sangat cair, untung ada afin yang senantiasa menghidupkan suasana, membuat saya sering terbahak-bahak.

Butet dioperasi jam 10.00 malam hari ini, karena tidak memungkinkan bagi kami untuk menunggu sampai selesai operasi, kami pamit padsa pukul 08.00.

Ohya saya lupa, hari ini sumur di rumah emak kering, jadi ada kemungkinan besok saya akan mandi di Majlis *Aigoooooo

Pelajaran yang bisa saya ambil hari ini, hukum karma sepertinya masih berlaku, beberapa hari yang lalu saya sempat meledek asri yang harus menumpang pupi di rumah orang, dan sepertinya esok hari saya akan menyusul…. OMG

 

 

Minggu, 22 Juli 2012                                         Happy Birthday Tikaaaa J

Huaaaah, hari ini tampaknya hari nge gabut sedunia, pagi ini niatnya mau ngepel bersihin rumah, sayngnya warung sebelah tutup, alhasil niat ngepel menjadi beralih untuk membuat pom-pom. Pom-pom rencananya akan kami (tika dan prisca) pakai saat festival tanggal 28 Juli nanti. Pagi ini astri dan kiki datang ke rumah, rencananya kiki dan tika akan pergi ke bogor kota untuk membeli kenang-kenangan untuk emak dan aki, sementara astri dan saya malah menonton video di rumah.

Setelah menempuh perjalannan panjang akhirnya tika membeli baju batik couple untuk emak, harganya cukup menguras kantong, tapi tak apalah yang penting bisa memberi kenang-kenangan dan hadiah lebaran untuk emak dan aki.

Seusai tika pulang, tiba-tiba galuh datang dan mengucapkan selama ulang tahun. Sontak saya kaget, OMG saya temen sekamarny bahkan todak tau, saat itu tanpa pikir panjang,saya langsung membuat rencana, berkedok akan menemani astri ke rumah arif, murid kelas 4, saya mulai mencari hadiah untuk tika, memakai jatah 4 jam yang diberikan IM saya mulai berjalan ke kampus, tujuan pertama adalah toko al amin, yang menyediakan kue ulang tahun, setelah membeli lilin dan kue tar, saya beralih membeli brownies alamanda, setelah itu saya pergi membeli boneka ikan berwarna biru, hadiah ini mencerminkan diri saya, mahasiswa perikanan yang cinta birunya laut,,, eheyyy hahhahaha

Rencana kejutan hari ini sempat mengalami beberapa kali perubahan, kejutan awal saya berikan seusai buka puasa, yang merayakan hanya kami berdua, sangat so sweet, hahahaha

Kejutan bersama teman-teman IM kami berikan setelah sholat tarawih, lia dkk datang ke rumah kami dengan membawa brownies amanda, hmmm makyuuus

Singkat cerita hari ini just for tika’s birthday, happy birthday tika semoga panjang umur sehat selalu, tambah rajin, berbakti sama orang tua, tambah pinter, tambah cantiiik, pokoknya wish u all de best yaaaaaaaaaaaa 😀

 

Senin, 23 Juli 2012                                                     Duduk siap? Siap Siaga

Tidak terasa hari ini saya akan kembali bertemu anak-anak di sekolah, setelah libur selana beberapa hari, praktis membuat saya hanya bisa bertemu anak-anak saat sekolah terbuka dan latihan mewarnai.

Beberapa anak sudah datang pada pukul 7, mungkin mereka tidak tahu kalau murid kelas 2 masuk siang. April, nandi, zahra, della, dan kawan-kawan telah datang pagi ini. Saya dan tika pun membariskan mereka dan memberi pengumuman bahwa hari ini masuk jam 10, bagi yang capek bisa kembali ke rumah terlebih dahulu, sedangkan yang ingin teta di sekolah bisa bermain dengan saya dan tika. Lokasi sekolah dipindah ke Paud Bu lusi akibat adanya renovasi. Tampaknya semua anak-anak memilih pulang. Saya dan tika pun memilih untuk mempersiapkan bahan pengajaran terlebih dahulu. Absensi sudah ditangan, buku pelajaran pun tersedia di perpustakaan, tapi bu nila belum juga datang padahal rencana semula saya ingin berkonsultasi dengan bu Nila, saya dan tika memilih untuk mengamati pelajaran kelas 1, yang datang tidak begitu banyak. Anak kelas 1 masih berlajar huruf, tampak sebagian besar dari mereka sudah mengenal huruf, namun masih ada saja, yang belum bisa menulis huruf dengan baik. Di samping ada kelas 3 yang belajar IPB, ya, kelas 1 dan kelas 3 berada di 1 ruangan, hanya saja terdapat triplek sebagai pembatas. Kondisi belajar kelas 3 tampak lebih kondusif dibanding kelas 1, mungkin ini bedanya kelas bawah dan kelas atas. Derajat ketidakberaturan kelas 1 lebih tinggi dibanding kelas 3.

Aduh, ternyata ada alat peraga yang ketinggalan di rumah, saya dan tika pin memutuskan kembali ke rumah. Tepat pukul 9,05 kami kembali berangkat ke sekolah, sambil menunggu anak-anak, tampak yang baru datang ada della dan erik, keduanya sama-sam diantar orang tua.

Dulu saat saya berada di sekolah dasar saya sangat jarang di anat orang tua, mungkin bisa dihitung jari. Padahal jarak SD dan rumah saya cukup jauh, dan harus ditempuh dengan kendaraan umu. Tapi d desa, masih banyak murid yang di antar oleh orang tuanya walaupun jarak sekolah maksimal 500 meter dari rumah si anak. Ternyata tingkat kepedulian orang tua masih tinggi        .

5 menit berlalu namun belum ada anak yang datang, saya memutuskan untuk ke paud, ternyata di paud anak kelas 2 sudah banyak yang berkumpul…. wah saya ketinggalaaan ternyata,, hiks…hiks..hik…

Pelajaran pertama dimulai tepat pukul 9.30,

Menteri agama, ayo siapkan…

“DUDUK SIAAAP”

“SIAP SIAGAA”

“BERDOAAA MULAAAI”

Hal yang saya sukai saat pertama kali meliah anak-anak kelas 2 adalah meli  hat semangat mereka saat berdoa, terlihat bersebangath dan komplak *eh, kompak maksudnya J

Apalagi melihat eskpresi reza, menteri agam kelas kami,hahahahaha lucu sekali, sampai saya sendiri sulit mengungkapkannya

Seusai berdoa, anak-anak melafalkan ayat-ayat pendek, saya pun kembali menjelaskan kotak cinta kepada anak-anak, selanjutnya kami menjelaskan peraturan piket untuk menyiram ayam.

Ternyta jadwal pulang kelas 2 adalah jam 12, wah kalau seperti ini kami tidak bisa latihan festival, pikir saya, akirnya pelajaran PKn di merge dengan bahasa indonesia, kami lebih memilih untuk latihan festival dan menyisipkan materi gotong royong di sela latiha, sebelumnya kami juga mencatat jadwal pelajaran, butuh waktu yang lama ternyata unuk mencatat jadwal pelajran, karena ada beberapa anak yang belum bisamenulis salam rangkaian kata, meraka biasanya menulis dengan mengeja per huruf, namun sebagian lainnya sudah fasih dalam menulis, saya membuat reward bagi 3 siswa yang dapat menulis paling cepat dia akan dapat bintang.

Latihan untuk festival berjalan kurang lancar, karena sebagian anak masih membaca dengan cara mengeja sementara saat bernyanyi siswa memainkan tempo yang lumyan cepat, akhirnya saya meminta murid-murid untuk mengafalkan lagu yang akan kami bawakan, judulnya kebyar-kebyar. Pasti pembaca sudah tau, yang liriknya ini lho “Kebyar-kebyar pelangi jinggaaaaa”. Rencana awal untuk festival, adalah paduan suara dan di telah lagu akan ada pembacaan puisi, awalnya juga akan ada balas-balan pantun, dan opening menggunakan pianika, namun saya masih menimbang apakah hal tersebut bisa di realisasikan, masalahnya saat mereka bernyanyi saja suaranya tampak pecah,,, duch jadi binguuung, tapi insya allah saat hari H akan perfect,,hhe doakan yaaa

Setelah latihan festival sebagian mereka sudah tampak lelah, kamipun memberi waktu istirahat selama 5 menit.

Pelajaran selanjutnya adalah bahasa Indonesia, Tika mengambil alih pembicaraan, awalnya, anak diminta untuk menceritakan pengalamn liburan, “Ayo siapa yang maun kedepan” tanya tika, hanya wismar yang bersedia, memang wisnmar adalah salah satu muid kelas 2 yang paling aktif. Dia bercerita menghabiskan liburan di timezone dan berrenang di daerah yang tidak cukup jauh dari rumahnya, seusai wismar bercerita, tika mentest beberapa anak selain wismar, untuk mengetahui apakah anak-anak yang lain mendengarkan wismar atau tidak.

Setelah wismar, tidak ada lagi yang ingin ke depan, kami kembali memutar otak, akhirnya saya berinisiatif bagi yang teraktif akan dipasngkan bintang di pohon apresiasi.

Tampak anak-anak yang lain kembali bersemangat karena wismar sudah mendapat 3 bintang sementara anak yang lain masih belum memiliki bintang.tika kembali bertanya” ada lagi yang mau ke depan, “sayaa, sayyaaa, sayaaa bu” wah jadi banyak yang tunjuk tangan, hahaha

Ternyata ide saya berhasil. Tampaknya murid kelas 2 senang dengan adanya reward, mungkin karena masih kecil, reard menjadi sesuatu yang bernilai bagi mereka.

Peljaran kembali berlanjut, kali ini tika mengajarkan imbuhan ng, ny, bagi anak-anak, anak-anak tampak antusias, walaupun mereka sedang berpuasa hari ini…

 

Selasa, 24 Juli 2012

Saya lupha membuat diary sewaktu hari selasa, jujur saya sedikit lupa mengenai moment-moment yang kami lalui, seingath saya hari selasa saya yang mengajar terlebih dahulu. Hari ini saya sudah mempersiapkan permainan ular tangga versi elas 2. How? Jadi yang menjadi ular tangganya adalah anak-anak, dan mereka akan berjalan sesuai dengan angka operasi matematika yang mereka dapatkan. Hari ini kami berlajar operasi matematika berupa penjumlahan dan pengurangan pada bilangan satuan dan bilangan puluhan. Suasana belajar kali ini lebih tenang, mungkin karena pelajaran yang kami bahas kali ini basicnya adalah menghitung, kemampuan menhitung anak-anak tampaknya belum merata karena ada sebagian anak yang sudah lancar dalam menghitung, dan sebagian kecil lainnya belum bksa menjumlahkan bahkan membedakan bilangan satuan maupun puluhan.

Awalnya saya memberi beberaa contoh operasi penjumlahan pejumlahan dan pengurangan, kemudian saya memberi soal kepada anak-anak berikut Prnya, kurang lebih 1 jam berlalu, kami kemudian beralih pada games ular tangga, anak-ana terlihat lebih bersemangat, karena latar yang kami gunakan di luar ruangan.

 

Rabu, 25 Juli 2012

 

Kamis, 16 Juli 2012                                                      Reward vs Punishment

Seusai sahur saya masih disibukkan dengan deadline tugas kuliah,,,, aigooo banyak sekali dari kemarin malam sampai subuh saya masih tetap mengerjakan tugas. Pukul 6 pagi saya putuskan untuk rehat sejenak dan membantu emak dan aki untuk membersihkan rumah. Lanjut setelah itu, slide jurnal dan slide praktikum masih menunggu di kerjakan. Tepat pukul 9, tugas saya belum juga selesai,tapi di luar suara tangis yang meledak-ledak membuyarkan konsentrasi saya, ternyata yang nangis itu zahra, murid kelas 2 yang tinggalnya di depan rumah saya, secara tidak sadar saya tiak sengaja mencuri dengar, Zahra ternyata menangis karena tidak dimandikan oleh ibunya, padahal ibunya sedang menggendong adiknya.

Saya baru menghampiri Zahra ketika tangisannya sudah reda, awalnya say pikir Zahra anak yang dewasa, karena dikelas jarang ribut dan sangat anteng, tapi ternyata anak-anak sama saja yaaa, pada suka nangis.

Pelajaran pertama adalah bahasa indonesia, kali ini kami belajar kalimat tanya dan kalimat seru. Untuk hari ini saya dan tika telah menemukan formula yang pas dalam mengajar sehingga suasana mengajar lebih kondusif dalam belajar, tidak ada yang ribut dan anak-anak tetap aktif tnapa rasa takut, hehehe

Jadi kami menerapkan sistem punishment bagi anak yang ribut, ounishment yang kami berikan berupa pencopotan bintang. Hal ini sangat efektif karena anakianak sangat takut jika bintang mereka dicopot, hhe…

Sebelumnya kami hanya menerapkan sistem reward sehingga kami belum bisa mengendalikan beberapa keributan yang ada. Hari ini kami juga belajar menanam kacang hijau,,namun anak-anak belajar menanamnya di rumah.

Pada pelajaran matematika kami belajar menyebutkan bilangan dengan benar baik itu satuan puluhan maupun ratusan.

Menjelang magrib kami berkumpul di perpustakaan sekolah. Hari ini ada undangan makan untuk buka puasa bersama dengan pak endang, wah alhamdulillah sekali bisa berkumpul bersama sambil buka puasa bareng, dan tia-tiba ditengah makan malam, lampu matiii… wadaww, suasana buka puasa jadi mirip candle light dinner…hahahaha

 

Jumat 27 Juli 2012                                                     Festival Gemilang

Hari ini hari boleh dibilang hari terakhir mengajar, hiks,,,,hiks,,, hiks tidak terasa kami hampir berada di ujung perjumpaan. Berat rasanya untuk meninggalkan anak-anak. Hari ini saya ingin membuat suasana lebih akrab. Metode belajar yang akan saya gunakan dengan mengadakan omba cerdas cermat mengenai dokumen penting. Dokumen penting yang kami pelajari meliputi KTP, SIM, Akte kelahiran, Piagam Penghargaan dan Sertifikat.

MENGAJAR ITU BELAJAR

Posted: Agustus 8, 2012 in IPB MENGAJAR, Uncategorized

 

Salam kenal, perkenalkan aku Prisca Sari Paramudhita, mahasiswa Teknologi Hasil Perairan angkatan 2010. Cukup panggil aku Prisca maka aku akan menengok jika dipanggil. 🙂

There is no thing special in my life, mungkin itu ungkapan yang tepat. Aku hanya seorang mahasiswa biasa yang mungkin belum memiliki jejak yang dalam dan cukup besar.
Tidak seperti Danang Ambar Prabowo yang jejaknya telah dibaca hampir oleh seluruh mahasiswa IPB, bahkan video biografinya telah tersebar luas di youtube dan telah ditoton jutaan orang, ataupun Iwan Setiawan yang berhasil merantau dari Apple City menuju Big Apple menjadi manager perusahaan ternama di New York, tidak juga seperti Leo Wibisono, mahasiswa berprestasi tingkat Nasional yang mendapatkan tawaran untuk melanjutkan studinya di Harvard University.
Namun aku memiliki tekat kuat untuk mengukir langkah kecil dan menyalakan lilin kecil bagi dunia pendidikan di daerahku. Program IPB Mengajar (IM) membuka jalanku untuk mencapai hal tersebut. Dan inilah kisahku menjadi pengajar inspiratif di IPB mengajar.
Saat itu, sekitar akhir bulan April melalui salah satu jejaring sosial, aku mengetahui adanya program IPB mengajar. Nama yang belum familiar namun dari judulnya aku tau bahwa program tersebut adalah salah satu program yang berbasis pendidikan.
“Mungkin mirip-mirip dengan program Indonesia mengajar”, pikirku saat itu.
Aku sangat tertarik dengan program Indonesia Mengajar binaan Anies Baswedan. Bagaimana tidak puluhan pengajar disebar ke daerah terpencil di seluruh pelosok negeri untuk berbagi ilmu dan meningkatkan kualitas pendidikan di Tanah air. Menurutku, ide brilian tersebut harus dimasyarakatkan agar tidak ada ketimpangan kualitas pendidikan di negeri ini.
*****
Singkat cerita aku mengikuti seleksi IPB Mengajar. Peminatnya cukup banyak, hingga menembus angka ratusan. Nyaliku sedikit ciut apakah mungkin aku bisa lolos kualifikasi. Basic akademikku mungkin cukup bagus, namun hal tersebut hanyalah hard skill yang menurutku hanya berpengaruh 20 % terhadap kesuksesan seseorang, dan sisanya lebih ditentukan oleh softskill. Saat wawancara aku hanya berusaha menjadi diriku sendiri, tanpa ada kepura-puraan, dan tidak ada yang dibuat-buat. Saat itu akupun diminta untuk mempraktikkan cara mengajar di kelas. Tidak ada yang terpikir oleh ku kecuali mendongeng. Aku memang suka bercerita. Menurutku dengan bercerita kita bisa berbagi kesusahan maupun kesenangan. Hal tersebut yang membuatku menjadi salah seorang story teller di Padang, kota dimana aku menghabiskan masa kanak-kanakku hampir selama 10 tahun. Namaku sebagai story teller memang belum terlalu diperhitungkan, namun beberapa penghargaan sempat aku raih berkat kecintaanku pada dunia mendongeng.
Hari berganti hari telah berlalu. Pengumuman seleksi IM belum jua ku terima, namun aku tetap optimis pada hasil yang akan ku terima. Dan benar saja ternyata aku lolos menjadi 20 besar pengajar inspiratif.
Yeah i got it, guys…….
Sayangya aku harus menyimpan kegembiraanku tersebut, karena masih ada seleksi tahap akhir menjadi 12 besar pengajar inspiratif. Hasil tersebut baru akan diketahui ketika seluruh calon pengajar menjalani tranning selama kurang lebih 1 bulan.
“Ya, setidaknya jika aku tidak lolos aku bisa mendapatkan pelatihan yang berguna bagi diriku sendiri”, pikirku dalam hati.
Tranning yang diberikan sangat menarik karena calon pengajar tidak hanya dilatih bagaimana memberi pengajaran dengan basic fun learning, tapi pengajar juga dilatih untuk menjadi pemimpin yang baik, bagaimana mengetahui karakter pribadi seseorang, dan bagaimana membangun pendidikan karakter bagi murid SD.
Hari-hari berlalu dan tibalah pada pengumuman 12 besar. Alhamdulillah aku terpilih menjadi salah satu pengajar inspiratif.
Seperti kata-kata yang aku kutip dari Lia, Salah satu pengajar Inspiratif.
‘Kami ber 12 adalah pengajar inspiratif. Tapi bukan berarti kami yang terbaik, namun kami yang mampu bertahan’
Sepenggal kata-katatersebut menunjukkan bahwa IM bukanlah kompetisi yang mencari siapa yang terbaik dari yang paling baik. Tapi IM adalah program untuk mencari siapa yang mampu bertahan dan ingin agar langkah kecilnyadapat berarti untuk indonesia yang lebih baik.
Perjalanan yang sesungguhnya ternyata baru akan dimulai. Timbul beberapa masalah yang mulai mengusik partisipasiku di program IM. Ternyata ibuku tidak mengijinkanku mengikuti program IM jika harus mengorbankan Semester Pendek (SP). Masalah tersebut cukup mengganggu, karena setauku komitmen yang harus kami berikan harus 100% dalam program IM. Sebab nantinya kami akan tinggal di Desa tempat kami mengajar. Letaknya sekitar 7 km dari arah kampus. Tentu jika aku mengambil SP aku telah melanggar komitmen awal. Aku pun seperti tidak punya muka untuk mengatakan akan resign dari IM karena 12 besar pengajar telah terpilih. Jika aku mundur tentu akan merubah komposisi pengajar nantinya.
Saat itu aku memutuskan untuk menghubungi Kak Fajar dan Kak Ii, yang juga management di IM. Rasa bersalah, tidak enak, dan semuanya bercampur menjadi satu. Aku memasrahkan pada manajemen mengenai nasipku. Kalau pun harus keluar karena sudah melanggar perjanjian awal aku pun siap, karena aku sadar hal ini dikarenakan ke tidak profesionalanku.
Cukup lama aku harus menunggu pengumuman mengenai kelanjutan nasipku. Jika tidak salah aku menunggu lebih kurang 4 hari. Mungkin nasip baik masih berpihak padaku, tenyata managemen IM mengijinkanku mengikuti program IM dan semester pendek di saat bersamaan…
Alhamdulillah
Minggu, 17 Juni 2012 adalah hari pelantikan pengajar inspiratif yang akan dilakukan di SD Negeri Leuweng Kolot 7, SD tempat kami akan mengajar selama 2 minggu. Berbagai pejabat Desa setempat turut hadir seperti Ketua RW, ketua RT, pihak sekolah, dan pihak kecamatan. Acara tidak terlalu ramai namun cukup berkesan dengan keramah tamahan warga setempat. Pak Ndang selaku pihak yang mewakili sekolah menyampaikan selamat datang pada kami, dan harapan agar kami betah berada di Desa. Pak ndang juga sempat bercerita tentang pengalaman hidupnya. Dahulu Pak Ndang adalah seorang yang bekerja di kapal dengan penghasilan 1 juta ketika emas 1 gramnya masih bernilai Rp 2.500. Namun Pak Ndang akhirnya lebih memilih menjadi pendidik, yang gajinya saat itu kurang dari setangah gaji beliau ketika melaut. Bahkan di awal-awal masa pengabdiannya, gaji yang beliau terima sebagai guru hanya cukup untuk makan beberapa hari saja. Sungguh ironi pendidikan di Indonesia, seorang guru yang notabennya membagun peradapan masih harus berhadapan dengan keterbatasan akibat minimnya gaji. Hal tersebut membuat akau teringat pada nyanyian Iwan Fals yang berjudul Omar Bakrie. Apa iya pegawai negeri di Indonesia terlebih guru, harus selalu identik dengan hidup yang pas-pasan. Mana janji sertifikasi yang dijanjikan pemerintah yang akan meningkatkan kesejahteraan guru. Buktinya aku masih melihat rumah Pak Ndang yang penuh dengan kesederhanaan. Padahal Pak Ndang adalah Guru teladan se-Kabupaten Bogor. Apa iya pada dewan rakyat yang terhormat pura-pura tutup mata dan telinga untuk kondisi tersebut.
Tapi mungkin ini hanya penglihatanku secara luar. Ada kalanya kebahagiaan tidak bisa diukur dengan materi. Pak Ndang kenyataannya tampak sangat menikmati perannya sebagai tenaga pendidik. Sungguh luar bisa mulia….
Dari mata beliau aku melihat adanya totalitas dalam pengabdian. Benar saja, ternyata Pak Ndang adalah salah satu tokoh yang membuat SD N Leuweng Kolot 7 dapat terus berdiri. Awalnya SD ini akan digusur namun, berkat Pak Ndang, dan beberapa tokoh desa lainnya. SD Leuweung Kolot 7 masih berdiri hingga saat ini. Mirip dengan cerita Laskar Pelangi memang, hanya saja latar tempatnya yang berbeda….
Kembali ke story line
Seusai pelepasan pengajar Inspiratif di desa setempat, kami berkeliling desa dengan ditemani Bu RW, Pak RT, Pak Ndang dan Bunda (sebutan akrab untuk istri Pak Ndang). Desa tempat kami tinggal cukup luas dan dikelilingi oleh beberapa pabrik tahu.Letaknya juga tidak terlalu terpelosok untuk mencapai jalan raya hanya membutuhkan waktu 5 menit dari sekolah. Seusai berkeliling kami pun diantar ke rumah tempat kami akan tinggal nantinya.
Aku akan tinggal serumah dengan Tika, dan kami berdua sama-sama akan mengajar kelas 2. Rumah yang akan kami tempati adalah rumah milik orang tua Bu RW. Di Rumah tersebut tinggal Aki dan Emak.
Begitu pertama melihat, aku sudah yakin bahwa emak dan aki adalah orang yang sabar dan baik. Lega rasanya ternyata tuan rumah kami menyambut kami dengan hangat. Pandangan awalku tentang emak ternyata tidak salah karena saat malam hari ada kejadian kecil yang menyentuh hatiku.
Saat itu aku melihat amak membawa tabungan berbentuk tabung berwarna hijau.
“Mak, emak mau ngapain mak?”, tanyaku spontan.
“Ini dek mau buka tabungan”, jawab emak ramah.
Mungkin buat tambahan belanja puasa, pikirku saat itu. Tapi ternyata dugaanku salah. Setelah mengeluarkan kepingan uang receh yang kemudian disusun seribu seribu, aku baru tau kebenaranya. Ternyata ada tetangga yang meminjam uang, dan emak rela membongkar tabungannya.
“Ini neng, tetangga ada yang mau pinjem uang, kasian,,,tapi emak juga lagi gak ada uang makanya celengan emak aja amak buka”
Subhanallah, aku tidak menyangka hati emak semulia itu. Demi membantu tetangganya emak rela membongkar celengan. Padahal jika kulihat uang di celengan tidak terlalu banyak, hanya ada kepingan uang 100, 200,500, 1000 dan lembaran uang 5000. Menurutku uang tersebut tidak terlalu banyak untuk mencapai nominal yang akan dipinjamkan.
Hari ini aku belajar terntang arti keikhlasan. Sudah lama aku tidak melihat contoh riil di kehidupan nyata. Awalnya aku pikir orang-orang seperti emak hanya bisa aku saksikan di layar kaca. Tapi dugaanku salah, kali ini orang di dekatku yang menjadi contohnya…
———–
Hari ingin adalah hari pertama aku mengajar. Aku mengajar kelas 2 dengan Tika selama kurang lebih 2 minggu. Setelah dibuka dengan apel pagi, kami pun masuk ke dalam kelas. Awalnya Bu Nila selaku guru kelas 2 membuka percakapan bersama anak-anak. Kemudian Bu Nila menyerahkan kepada kami untuk memimpin kelas.
Rasa gugup kemudian menghantui kami. Awalnya kami pikir hari ini hanya ada perkenalan biasa tanpa ada kegiatan mengajar.
Dengan bermodalkan ‘kepedeaan tingkat dewa, niat kuat dan tekat yang membara’ kami mulai berbicara. Perkenalan awal berjalan dengan lancar Pelatihan yang kami jalani tampaknya cukup membantu dalam memimpin kelas.
Anak-anak sangat tertarik dengan tepuk ‘Superman Wuss’ (dulunya diajarkan Kak Rusdi Saleh), begitu juga dengan tepuk-tepuk lainnya.
Kami mulai memperkenalkan pohon apresiasi. Pohon apresiasi adalah pohon yang daunnya dapat ditempelkan bintang. Jadi siswa yang aktif dan bersemangat tiap harinya akan diberi bintang yang dapat ditempel di pohon apresiasi. Bagi siwa yang memiliki kumpulan bintang terbanyak akan mendapatkan hadiah di akhir pertamuan selama 2 minggu tersebut.
Pada kesempatan tersebut, kami juga memilih Presiden, Wakil Presiden, berserta kabinet yang lain. Nama yang unik untuk mengganti sebutan ketua kelas, wakil ketua beserta perangkat kelas lainya. Kami juga menamai Kelas 2 sebagai Kabinet Gemilang yang merupakan singkatan dari Generasi menuju Insan Cemerlang.
Inovasi dalam pengajaran memang diutamakan dalam IPB Mengajar. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan minat anak dalam belajar. Metode pengajaran yang ditawarkan pun tidak kaku agar anak tidak merasa bosan dalam belajar.
Pemilihan kami lakukan secara voting, murid kami tampaknya masih asing dengan pemilihan tersebut. Hal tersebut tampak dari beberapa murid yang kelihatan bingung saat menuliskan pilihannya di selembar kertas.
Namun dari pengamatan awal yang telah aku lakukan, anak kelas 2 SDN Leuweng Kolot 7 tampak sangat aktif, hampir semua anak mengacungkan tangan saat ditanya.
Berdasarkan pemilihan umum yang dilakukan dengan cara voting Nandi terpilih sebagai presiden. Selain Nandi juga ada Reza, Wismar, dan Rehan yang duduk di kabinet.
Kali ini ada satu anak yang menarik perhatian diriku, namanya rehan. Rehan hari ini tidak memakai sepatu, umurnya juga tampak lebih tua dibanding teman-teman seklasnya.
Saat itu Reza mengatakan, “Bu, Rehan itu bandel di kelas Bu, jarang sekolah”.
“Oh iya”, respon ku yang seolah kaget.
Mungkin jika dilihat sekilas Rehan tampak seperti anak yang nakal, tapi sejauh ini Rehan tidak membuat keributan, mungkin aku harus pay more attention untuk Rehan pikirku saat itu.
Pelajaran akan di akhiri, tiba-tiba Rehan berlari keluar tanpa mempedulikan kehadiranku dan tika.
“Rehan, mau kemana?”, tanyaku yang diacuhkan oleh Rehan.
“Itu Bu, Rehan rek buang jero”, teriak Reza yang sebenarnya artinya sedikit absurb di telingaku.
Buang jero? Apa ya? Oh, buang air besar. Nah lo, kok Rehan tidak meminta ijin ya, apa mungkin dia terlalu kebelet sampai lupa kalau gurunya masih berdiri di kelas. Tapi sudahlah, di hari pertamaku mengajar aku tidak ingin terlalu membuat masalah. Mungkin ada baiknya jika aku berkonsultasi pada Ibu Nila tentang kondisi kelas. Biar bagaimanapun Bu Nila pasti lebih paham dibandingkan aku. Terlebih lagi kelas ini juga diajar Bu Nila pada tahun sebelumnya.
Sore harinya ada kegiatan sekolah terbuka. Pada kegiatan ini kami, pengajar inspiratif memperkenalkan tentang pertanian kreatif dan pentingnya menjaga lingkungan pada anak-anak. Sayangnya aku banyak kehilangan moment bersama anak-anak saat sekolah terbuka.
Ya, berbeda dengan pengajar lainnya yang dapat berkontribusi penuh. Kontribusiku harus dibagi dengan kepentingan akademikku sendiri. Semester Pendek yang aku ikuti menuntutku untuk meninggalkan desa sore hari setiap Senin, Rabu, dan Jumat untuk mengikuti praktikum.
Sangat disayangkan memang, tapi aku ingin menunjukkan bahwa 2 hal tersebut dapat berjalan lancar. Aku ingin sukses mengajar anak didikku dan sukses dalam akademikku sendiri. Walaupun tiap malam aku harus belajar saat di bawah penerangan lampu 5 watt di rumah Eamak dan Aki. Aku tidak putus asa. Untung saja, ada bantuan penerangan dari handphoneku yang membantu memperjelas penglihatanku,,
———–
Hari kedua dan ketiga pengajaran akan diisi dengan games perkenalan. Games yang kami buatpun berstrata antar kelas, sehingga tiap guru masing-masing kelas membuat permainan sendiri untuk kelasnya. Tapi kami, guru kelas 1 dan kelas 2 sepakat untuk menggabungkan kelas kami, agar lebih mudah untuk mengkondisikan anak-anak.
Kami, pengajar inspiratif pun sepakat untuk mengadakan games perkenalan di luar sekolah, tepatnya di lapangan dekat gunung kapur. Lokasi tersebut cukup luas dan pemandangannya pun sangat indah, dikelilingi pohon-pohon yang rindang, dan gunung kapur, yang juga dapat langsung terlihat di lapangan tersebut. Sayangnya games tidak berjalan sesuai keinginan. Banyak anak-anak yang keluar dari track dan lebih memilih untuk bermain sendiri. Sebagian lagi tampak kecapean dan ingin istirahat, belum lagi ada anak yang menangis dan minta pulang. Sugguh memusingkan, mengkondisikan anak-anak kecil yang hampir seluruhnya ingin mendapatkan perhatian lebih dari kami. Di tengah situasi tersebut aku malah melihat Rehan. Rehan datang dengan baju bebas. Di tangannya tampak ada seekor merpati. Ternyata Rehan tidak datang ke sekolah karena bemain dengan merpati miliknya.
Aku kemudian bertanya, “Rehan kenapa baru datang?”
Sayangnya rehan tidak menjawab, dia lebih memilih tersenyum, dan berlalri menghindariku.
Aku jadi teringat dengan guru SD ku, bagaimana bisa beliau kuat mendidik kami sendirian ya. Padahal dulu saat aku SD, banyak teman-temanku yang sangat nakal, tapi guru SD ku saat itu tetap sabar dan tidak pernah menghardik kami. Ya, mungkin karena itu, guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa….
Penderitaan kami ternyata tidak berhenti sampai disitu. Tiba-tiba, seorang ibu paruh baya menghampiriku, “Bu, Didi gak ada ilang”
Astagfirullah, kok bisa, pikirku dalam hati.
Perasaan tadi aku masih melihat Didi, murid kelas 1 yang tadi pagi tasnya di bawakan oleh Lia. Kami mulai panik, terlebih setelah mendengar cerita dari Lia yang mengatakan Didi termasuk anak yang ‘spesial’.
Saat kecil Didi pernah terkena step, sehingga dia bisa pingsan di tengah jalan, dan saat pingsan biasanya dia tidak ingat apa, apa. Rasanya aku mau pingsan saja, ternyata mengajar kelas 1 dan 2 tidaklah gampang, Awalnya aku sedikit iri dengan kelas-kelas atas (4, 5, 6). Kelas tersebut tampak tertib dalam mengikuti permainan.
Kami berpencar mencari Didi, Pak Tomi, guru di SDN Leuwung Kolot 7 juga ikut membantu, kakak Didi yang juga kelas 5 di SD tersebut juga kami kerahkan untuk ikut mencari.
Menit tiap menit berlalu, namun didi belum juga ditemukan.
Tiba-tiba David, pengajar kelas 5 di IM datang, dan berkata,”kak, didi udah ketemu di dekat rumahnya”
Alhamdulilah, itu kata pertama yang yang terucap dalam hatiku. Lega rasanya Didi telah ditemukan. Bisa dibayangkan, bagaimana mungkin baru 2 hari mengajar tapi kami sudah menghilangkan anak orang.
Ternyata setelah berbincang dengan Pak Tomi. Murid kelas 1 dan 2 memang tidak pernah diajak ke lapangan, karena sangat rentan hilang. Apalagi karakter murid kelas 1 dan 2 itu sedikit bebas, dan suka berkeriaran.
Pelajaran hari ini yang ku dapat, jangan lengah dalam menjaga anak-anak, apalagi jika anak yang dibimbing itu hiperaktif.
Belajar dari pengalaman kemarin, kami, pengajar kelas 1 dan 2 sepakat untuk memisahkan kelas kami saat games. Ternyata dugaan awal kami salah. Kelas 1 yang notabennya baru masuk sekolah memiliki karakater yang berbeda dengan kelas 2. Dan benar saja games di hari ke2 lebih mudah dikontrol dnegan adanya pembagian strata kelas. Hari ini juga lebih berwarna.
Kami tidak hanya melakukan games tapi kami juga belajar untuk menanam bayam. Hal ini merupakan edukasi yang kami diberikan untuk menumbuhkan jiwa bertani sejak dini pada anak. Anak kelas 2 juga tampak lebih bersemangat dibanding kemarin.
———–
Games perkenalan telah berlalu, setelah melewati beberapa hari libur ramadhan di sekolah. Tiba saatnya kami memulai pengajaran formal di kelas. Hmm, mungkin tepatnya bukan di kelas, tapi paud. Mengapa? Karena saat ini SDN Leweungkolot 7 sedang mangalami renovasi sehingga kegiatan belajar mengajar harus dipindahkan di perpustakaan, paud, atau majlis.
Pelajaran pertama dimulai tepat pukul 9.30,
“Menteri agama, ayo siapkan” ujar ku saat akan memulai pelajaran
“DUDUK SIAAAP”
“SIAP SIAGAA”
“BERDOAAA MULAAAI”
Hal yang aku sukai saat pertama kali meliat anak-anak kelas 2 adalah melihat mereka saat berdoa, terlihat bersemangat, seragam, dan komplak *eh, kompak maksudnya 
Apalagi melihat eskpresi Reza, menteri agama kelas 2,hahahahaha lucu sekali, sampai aku sendiri sulit mengungkapkannya. Reza bukan asli sunda, dia memiliki darah batak, ayahnya juga seorang tentara. Bisa dibayangkan saat reza memimpin untuk berdoa, suaranya sangat lantang bahkan nyaris berteriak. Sedikit memekakkan telinga tapi logatnya agak menggelikan. hihi
Seusai berdoa, anak-anak melafalkan ayat-ayat pendek, aku pun kembali menjelaskan kotak cinta kepada anak-anak. Kotak cinta mirip dengan uang kas kelas. Anak-anak setiap harinya bisa menabung di kotak cinta. Sifatnya sukarela. Uang di kotak cinta nantinya dapat dibelikan keperluan kelas seperti tempat sampah, sapu, dan lainnya.
Hari ini kami belajar Bahasa Indonesia. Tika mengambil alih pembicaraan, awalnya, anak diminta untuk menceritakan pengalamn liburan,
“Ayo siapa yang mau kedepan” tanya tika,
hanya wismar yang bersedia, memang wismar adalah salah satu muid kelas 2 yang paling aktif. Wajahnya pun cukup tampan, tak heran Suni, guru kelas 1 di IM sempat ngefans dengan Wismar. Sayangnya Wajah Wismar yang rupawan tidak selaras dengan kasih sayang yag dia dapatkan dari orangtuanya. Aku tidak mengatakan Wismar tidak mendapatkan kasih sayang, mungkin kurang mendapatkan lebih tepatnya. Mengapa? karena di usia yang masih belia, Wismar tidak tinggal dengan orang tuanya. Wismar tinggal dengan neneknya yang rumahnya tidak jauh dari sekolah. Orang tuanya sibuk mencari uang, sehingga mereka harus hidup terpisah.
Seperti pisau bermata dua, pikirku. Mungkin orang tua Wismar berada dalam keadaan dilema. Di satu sisi beliau ingin hidup bersama anaknya, tapi di sisi lain kehidupan yang makin sulit menuntut mereka untuk tinggal terpisah untuk menghidupi kehidupan anaknya. Kadang aku merasa kasian, pada Wismar dan adiknya yang masih kecil, mungkin usianya baru 3 tahun. Bagaimana tidak, pada usia seperti itu, mereka pasti membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya, terlebih dari Ibu. Tapi keadaan membuat mereka hidup terpisah dan baru bisa bertemu sesekali.
Tapi mungkin ini hanya duagaanku, siapa tau kasih sayang lebih Wismar dapatkan dari nenek mereka. 
Back to story line…..
Wismar saat itu bercerita bahwa dia menghabiskan liburan di Timezone dan berenang di daerah yang tidak cukup jauh dari rumahnya.
Setelah wismar,ternyata tidak ada lagi yang ingin ke depan, kami kembali memutar otak, agar pengajaran lebih kondusif, akhirnya aku berinisiatif untuk memberi bintang bagi murid yang mau bercerita pengalamannya ketika liburan. Tampak anak-anak kembali bersemangat karena wismar sudah mendapat 3 bintang sementara anak yang lain masih belum memiliki bintang.
Tika kemudian, kembali bertanya”Ada lagi yang mau ke depan?”
“SAYAA, SAYYAAA, SAYAAA BUUU”
Wah jadi banyak yang tunjuk tangan, Ternyata ideku berhasil. Tampaknya murid kelas 2 senang dengan adanya reward, mungkin karena masih kecil, sehingga mereka senang jika pekerjaan mereka mendapatkan apresiasi dari gurunya.
Aku senang bisa mengajar di Kelas 2 terlepas dari kenakalan mereka, aku merasa seperti belajar dari sikap mereka.
Terkadang saat berkuliah, aku melupakan nilai-nilai kemasyarakatan dan lebih fokus untuk mengejar nilai akademik. Tapi saat di desa, aku melihat tawa polos anak-anak yang membuatku lebih tentram. Aku bahkan sering tidak dapat berkata-kata saat aku berjalan keliling desa, tiba tiba ada anak yang berlari memanggil ‘IBUUU’ dan mengejarku hanya untuk bersalaman dan mencium tangan ku. Ya, mereka pasti muridku. Sebelumnya tidak pernah terpikir di benakku aku telah memiliki murid sebelum usiaku =mencapai 20 tahun. Tapi IPB Mengajar (IM) menjadi jawabannya.
That so awesome guys..
‘Disaat kamu terdiam, mereka berlari hanya sekedar bersalaman dengan mu, sungguh tidak ada kata-kata indah yang bisa melukiskan perasaan ku. Itulah mengapa aku mengatakan bahwa di desa aku tidak hanya mengajar tapi aku juga belajar. Belajar tentang kearifan lokal Desa Leweung Kolot, belajar dari Emak yang tetap rela berbagi di tengah keterbatasan, belajar dari anak-anak yang selalu bersemangat, dan belajar bertahan di tengah keterbatasan’.
IPB mengajar mencoba mengajarkan pelajaran berbasis fun learning. Hal itu yang coba aku terapkan pada pelajaran matematika kali ini. Jadi kami akan berlajar operasi matematika di luar kelas. Aku mencoba mengaplikasikannya dalam permainan ular tangga. How? Jadi anak-anak akan menjadi ular dan mereka akan berjalan sesuai dengan angka operasi matematika yang mereka dapatkan. Hari ini kami berlajar operasi matematika berupa penjumlahan dan pengurangan pada bilangan satuan dan bilangan puluhan.
Anak-anak terlihat lebih antusias. Mungkin karena ini adalah hal baru bagi mereka dan pelajaran kami lakukan di luar ruangan.
Meraka tampak semangat saat mendapat tambahan langkah dengan angka puluhan, namun tiba-tiba merasa ciut, saat posisi mereka mereka harus dikurangi sejumlah angka, sehingga mereka harus memulai dari posisi awal.
Jika aku amati, kemampuan menghitung kelas 2 tidak begitu merata, meraka bisa menghitung angka berbasis satuan, namun saat beralih ke angka puluhan beberapa dari mereka masih terkesan lamban. Pengoperasian penjumlahan dengan ditumpuk ke bawah pun belum mereka ketahui. Membedakan dan menyebutkan angka satuan, puluhan dan ratusan, juga sama. Bahkan ada salah satu muridku yang melum bisa menulis angka 2. Bukankah saat kelas 1 mereka sudah diajari menulis angka, pikirku saat itu.
Memang dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan dalam mendidik anak, aku dan Tika mencoba berbagi peran dalam membimbing anak-anak yang belum bisa menghitung. Memang sulit untuk merubah mereka yang belum bisa dalam waktu kurang dari 2 minggu. Terlebih tidak setiap hati kami belajar, pelajaran yang sama. Dan kondisi puasa membuat stamina murid kami cepat lelah. Tapi bukan berarti kami patah arah, kami tidak berpikir akan hasil signifikan yang akan kami peroleh, hanya berusaha agar proses yang kami jalani berjalan lancar. 
Oh iya, aku hampir lupa, saat itu Rehan masuk kelas Aku dan Tika memang berusaha memberi perhatian lebih pada Rehan. Kami penasaran senakan apakah Rehan, sehingga banyak orang tua, dan guru yang membicarakan Rehan. Tapi Rehan sejauh penglihatanku tidak terlalu mebuat ulah yang berlebihan. Memang jika dikategorikan Rehan termasuk anak yang liar, tapi saat kami ajak dengan lemah lembut, Rehan tidak memberontak dan nurut dengan apa yang kami katakan. Mungkin selama ini, Rehan selalu dimaharahi jika berbuat salah. Menurutku hal tersebut tidak seharusnya dilakukan. Justru kasih sayang yang perlu diberikanpada Rehan. Kami juga tidak pernah melarang Rehan saat keluar meninggalkan kelas, tapi entah mengapa, setelah keluar kelas Rehan dengan inisiatif sendiri kerap kembali lagi ke kelas. Kami memberikan kebebasan pada Rehan untuk memilih, asal tidak keluar dari aturan. Dan benar saja, Rehan malah menjadi segan dan hormat kepada kami.
Alhamdulillah…
Salah satu pelajaran yang menjadi favorit bagiku, adalah saat kami belajar Agama. Saat itu kami belajar tentang sifat terpuji, salah satunya adalah Birruwalidain atau berbakti pada orang tua. Disalah satu part pelajaran tersebut, Tika meminta kepada Nandi dan Rohma yang saat itu ditunggu oleh Ibunya, untuk meminta maaf sambil mencium ibunya. Saat itu Rohma berpelukan dan mencium ibunya sambil menangis. Tidak terasa aku jadi ikut terharu. Mengingatkanku pada mama yang saat ini di rumah. Ingin rasanya berlari ke rumah sambil memeluk maama, seperti yang dilakukan Rohma saat itu.
Sekarang giliran Nandi, sang presiden untuk mencium Ibunya. Nandi tampak malu-malu, mungkin karena dia seorang laki-laki. Tapi diluar itu aku memang merasa Nandi termasuk sosok pemalu, dan sedikit penakut. Hari ini aku menjadi sedikit lebih tau mengenai kepribadian Nandi. Menurut Ibu yang menunggui Nandi di kelas (dipanggil Emak oleh Nandi), Nandi telah ditinggal ibu kandungnya sejak kecil, dan Nandi dititipkan kapada Emak yang sebenarnya adalah Uwanya sendiri (Bibi dari Nandi). Ema mengatakan Ibu nandi saat ini bekerja di Bali, sebelumnya Ibu Nandi juga pernah bekerja sebagai TKI di Malaysia.
“Makanya Nandi suka nangisan orangnya Bu”, ujar Emak.
Hmm, tampaknya background keluarga turut mempengaruhi karakter anak. Kadang aku merasa miris dengan background murid-muridku dengan berbagai kondisi yang mereka alami. Tapi aku kagum pada Evril, salah seorang muridku yang dulunya merupakan juara 1 saat duduk di Kelas 1. Aku bukan hanya kagum pada juara yang diraih Evril, tapi kekagumanku disebabkan latarbelakang keluarga Evril yang ayahnya seorang Satpam di SMA Pandu. Memang tidak ada yang salah dengan pekerjaan satpam, tapi aku melihat Evril tetap percaya diri saat dikelas, dan tidak ada rasa malu yang tampak dari raut mukanya terhadap profesi sang ayah.
Yah, memang harusnya seperti itu,itu baru namanya kabinet Gemilang Kelas 2, 😀
———–
Program sekolah terbuka yang diamanahkan IM pada kelas 2 memang tidak sepenuhnya berjalan. Mungkin salah satu kendalanya karena bulan Ramadhan, Hampir sebagian besar dari murid kelas 2 berpuasa,bahkan sebagian dari mereka sudah berpuasa sampai magrib. Hal ini menyebabkan stamina mereka saat sore hari biasanya telah turun drastis, sehingga kegiatan sekolah terbuka tidak bisa terlaksana. Tapi bukan pengajar inspiratif namanya jika tidak bisa mengatasi hal tersebut. Aku dan Tika mencoba memasukkan materi sekolah terbuka pada kegiatan belajar mengajar di pagi hari. Begitu juga dengan pendidikan karakter.
Setiap pagi sebelum memulai pelajaran kami rutin membaca ayat-ayat pendek, kami pun tidak pernah memulai pelajaran ika suasana kelas masih kotor. Mengenai pelajaran pertanian kreatif, selain bertanam bayam, kami mencoba menyelipkan pertanian kreatif saat pelajaran IPA. Salah satu cohtohnya, kami berlajar bertanam kacang hijau dengan media kapas yang dibasahkan. Nah dengan begitu, walaupun tidak ada sekolah terbuka, mereka tetap bisa memperoleh materi.
Bukankah banyak jalan menuju Roma? Betul Tidak?! 
———–
Hari Jumat sore sebelum kami, pengajar inspiratif meninggalkan desa, kami menyiapkan festival untuk murid SDN Leuweung Kolot 7. Untuk kabinet Gemilang Kelas 2, aku dan tika sudah mempersiapkan performance tersendiri. Jadi rencananya kami akan berpakaian ala-ala irian, dan menyanyikan lagu Kebyar-Kebyar yang nantinya diselingi pembacaan puisi, dan beberapa lagu yang mencerminkan kabinet gemilang (generasi Menuju Insan Cemerlang). Menurut pengajar yang lain penampilan kelas kami cukup baik. Memang aku dan tika telah menyiapkan penampilan ini jauh jauh hari. Anak-anak memakai hiasan dari daun kering agar terlihat lebih alami dsn mengedapankan konsep 3R. Muka anak-anak pun kami ‘hias’ agar terlihat lebih lucu. 
———–
Hari ini tepat hari Sabtu, tanggal 28 Juni 2012. Tidak terasa berbagai pengalaman telah aku lalui selama tinggal di desa, dan tidak terasa telah tiba waktunya untuk berkemas untuk pulang. Hari ini di sekolah akan diadakan perpisahan bagi kami 12 pengajar inspiratif. Pukul 8 pagi sudah banyak anak-anak yang berkumpul di perpustakaan sekolah, tidak terkecuali murid kelasku, kabinet kelas 2 Gemilang. Saat itu sudah ada Albi, Fajar, Wismar, Evril, Sadian, dan Intan.Di tangan mereka sudah ada segelas kacang hijau yang mulai panjang. Memang aku meminta mereka membawa kacang hijau yang telah mereka tanam, untuk mengetahui perkembangan tanaman tersebut. Kami memutuskan untuk berkumpul di dalam Paud terlebih dahulu. Aku memutarkan video seaat meraka tampil di festival Jumat kemarin. Mereka tampak senang melihat ada diri mereka di video.
“Eh, si Evril kayak cina, ada merah-merah di pipinya”, sahut Wismar tiba-tiba yang disertai gelak tawa teman-teman mereka.
Sebelum berpisah aku dan Tika memberikan hadiah dan kenang-kenangan kepada mereka berupa pin. Murid kelasku tampaknya mulai berdatangan ke Paud. Kami pun membuat video perpisahan, disertai kesan dan pesan mereka terhadap aku dan Tika.
Hampir semua murid senang akan kehadiran aku dan Tika. Mereka bilang, diajar Ibu enak, gak dimarah-marahin, jadi seneng kalo belajar.
“Iya bu, kalo diajar sama Bu **** aku sering dimarahin”, timpal yang lain.
“Waktu belajar agama Wismar pernah dipukul Bu, pake penggaris” Sahut Wismar.
Pernyataan anak-anak, membuat hatiku bercampur aduk. Aku senang mendengar kedatangan kami disambut hangat. Tapi aku juga miris melihat anak-anak yang ku ajar sering mendapat mengajaran dengan cara kemarahan dan kekerasan. Menurutku pendidikan seperti itu dapat memberikan efek buruk pada anak.
Dari arah luar, tampak ada anak yang memanggil nama kami. Ternyata itu Zahra, tapi Zahra tidak datang sendiri. Dia diantar oleh Ibu dan adiknya.
Tumben sekali padahal sebelumnya Zahra jarang di antar ke sekolah. Ternyata di tangan Zahra ada bingkisan yang ditunjukan pada kami. Ini pertama kalinya aku mendapat hadiah dari muridku sendiri. Senang pasti kurasakan, namun ada hal lain yang membuat aku bertambah senang. Menurut Ibu dari Zahra, sejak ada pengajar inspiratif, Zahra bertambah semangat ke sekolah, biasanya Zahra malas untuk berangkat ke sekolah, tapi dengan adanya kami, pengajar inspiratif, Zahra selalu ingin datang ke sekolah tepat waktu.
Lega rasanya, ternyata kehadiran kami, pengajar inspiratif disukai oleh anak-anak.
Tidak lama setelah itu kami beranjak ke perpustakaan untuk perpisahan dengan seluruh murid SD Leuweung Kolot 7.
Sungguh situasi yang tidak dibayangkan. Mengapa? Karena aku tidak pernah berpikiran akan menangis di acara tersebut. Tapi ntah kenapa suasana menjadi mengharubiru setelah murid kelas 6, menyanyikan lagu perpisahan untuk kami. Sungguh tidak ada untaian kata indah yang dapat menggambarkan suasana tersebut. Rasa terima kasih meraka lewat lagu tersebut sangat menyentuh kalbu, sehingga banyak tamu yang ikut menangis.
Ah rasanya tidak ingin meninggalkan anak-anak. Kenapa waktu 2 minggu terasa begitu cepat. Kenapa kebersamaan ini harus berakhir. Bukankah kami baru menjalin tali silaturahmi.
Entahlah tapi perasaan kami, pengajar inspiratif terasa bercambur haru.
Dan saat itu ada satu kejadian lagi yang membuat ku tersentuh, Emak dan Aki datang untuk bertemu aku dan Tika di sekolah. Walaupun sulit untuk berjalan, aki tetap datang, kata beliau ingin melihat kami lagi.
Tuhan, air mata ini rasanya tidak terbendung lagi.
Emak dan Aki layaknya orang tua bagi aku dan Tika. Berulang kali aku mencium emak, seraya berkata “Emak nanti saya lebaran pasti main lagi kok, ke rumah emak”. Emak sambil mencium pipiku disertai tetesan air mata berkata, “Jangan lupa ya neng maen ke rumah”.
Dari seluruh pengajar, aku dan Tika yang kedatangan tuan rumah terbanyak. Bisa dibayangkan, saat perpisahan di sekolah Bu RW, Pak RW, Emak, dan Aki ikut datang, yang lainnya kebanyakan hanya diantar oleh perwakilan tuan rumah.
Rasa kasih sayang dari amak dan aki sangat terasa oleh ku, bahkan saat acara perpisahan berakhir, emak dan aki masih tetap menunggu di luar ruangan. Kata beliau, beliau ingin melihat sampai kami meninggalkan desa bersama angkot charteran. Untuk seorang paruh baya yang berumur 83 dan 78 tahun, hal tersebut sungguh suatu kehormatan bagiku.
Aku sungguh berterimakasih pada program IPB mengajar, dengan adanya program ini, aku tidak hanya mengajar untuk anak didikku, tapi seperti yang telah aku katakan sebelumnya, aku juga mendapat banyak pelajaran dari warga desa Leweng Kolot.
“Semoga langkah kecilku ini bisa memberi sedikit inspirasi bagi orang-orang, dan menurrutku, mengajar di IPB Mengajar bukanlah suatu pengorbanan tapi sebuah kehormatan”

*tulisan ini aku dedikasikan untuk seluruh muridku di SDN Leuweng Kolot 7 khususnya Kabinet Gemilang Kelas 2, Emak, Aki, Bu RW, Pak RW, eneng, Teman-teman mengajar inspiratif, dan management IPB Mengajar